Listen and Download: Tears and Rain by James Blunt

Thursday, June 6, 2013

Tentang Mimpi Itu


“Aku mau jadi dokter...”

“Aku mau jadi pilot...”

“Aku mau jadi pramugari...”

Suara puluhan anak kecil itu kembali menggema di telingaku, ketika ku ingat lagi kenangan yang telah lama melekat di benakku. Cita-cita, itulah topik yang sedang dibicarakan dan ditanyakan oleh seorang guru di sebuah Sekolah Dasar tempatku belajar 17 tahun lalu.

Kadang kala aku tetap masih ingin tertawa jika mengingatnya, meskipun tak jarang juga ingin menangis. Aku tak sama dengan kebanyakan anak-anak kecil lainnya, aku tak mempunyai mimpi dan cita-cita yang sama dengan mereka. Aku ingin menjadi pengarang. Pengarang sebuah cerita yang disatukan dalam bentuk buku.
Adakah yang salah dengan mimpiku?

Pertanyaan itu terus menggelayuti pikiranku selama puluhan tahun, hingga akhirnya setelah aku mampu berlogika secara realistis, aku tahu mengapa sebagian besar orang dewasa menganggap mimpiku sebagai sebuah kesalahan. Sekali lagi, semua bersumber dari sebuah prospek dan masa depan, suatu hal yang belum aku pedulikan kala itu, waktu usiaku belum genap 6 tahun.

Tumpukan puluhan buku, majalah, dan koran, mungkin itulah yang memicu diriku untuk terus membaca. Kolom ekonomi di salah satu halaman koran, entah mengapa mampu menarik perhatianku untuk ku baca di usia sekecil itu. Meskipun aku tidak bisa memahami makna bacaan tersebut, aku tetap terus membaca dan membaca setiap hari.

Calon Arang, itulah cerita rakyat yang aku baca pertama kalinya dan aku buat sinopsisnya saat usiaku belum genap 12 tahun. Hikayat Melayu, cerita roman seperti Siti Nurbaya, Layar Terkembang, Salah Asuhan, dan lainnya, hingga buku Habis Gelap Terbitlah Terang, merupakan sebagian buku yang telah aku habiskan saat berada di Sekolah Menengah Pertama.

Aku membaca, berimaginasi, dan tanpa sadar mencoba untuk menulis, meskipun waktu itu hanya sebatas coretan-coretan cerita picisan yang tak pernah aku coba kirimkan ke media manapun.

Mungkin, jika bukan fiksi, kesempatan itu akan hadir dengan mudah dan tak mungkin ku lewatkan begitu saja. Namun mimpiku adalah hal yang lain, hal yang berbeda dari bayangan mereka.

Aku ingin menciptakan sebuah dunia kecil, dunia yang bisa aku atur sesuai kata hatiku, dan akan terus dikenang oleh mereka yang tak pernah mengerti arti sebuah mimpi bagi seorang anak kecil.

Aku akan terus mengejar, meski waktu juga terus memburuku, mencoba mengalihkanku kepada mimpi-mimpi yang lain.
Menulis adalah jiwa, tanpanya hati akan terasa kering.

No comments:

Post a Comment