NHW 1 Matrikulasi IIP Batch 4
Oleh: Nisaul Fahmi
Adab Menuntut Ilmu
Belajar adalah sebuah hak bagi setiap manusia, bukan hanya sebuah kewajiban. Tidak hanya belajar di kelas dalam artian sempit seperti yang dilakukan oleh anak sekolah, namun lebih luas dari itu. Belajar bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan bersama siapa saja, tidak terikat tempat, waktu, dan usia. Seperti halnya seorang perempuan yang sudah menikah, bahkan yang sudah mempunyai anak dan menjadi seorang ibu sekalipun berhak untuk belajar.
Dan seiring kemajuan jaman, seorang istri maupun ibu dituntut untuk mengikuti percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat dikendalikan lagi lajunya di masa sekarang ini. Seorang ibu tidak boleh 'kudet' sehingga ketika anak-anaknya membutuhkan pendampingan saat tumbuh dewasa mereka tidak merasa dibiarkan tumbuh sendirian. Seorang istri tidak boleh kekurangan bahan pembicaraan saat pasangannya membutuhkan teman berdiskusi agar tetap betah di rumah. Arus informasi yang berkembang dengan cepat dan penyebarannya bisa dari sumber mana saja dan mudah diakses, membuat seorang ibu harus mempunyai bekal ilmu agama yang cukup agar bisa membentuk akhlaq dan aqidah anak-anaknya sesuai fitrahnya. Berbagai macam informasi yang tersebar di media tidak hanya semata-mata berisi hal-hal yang bermanfaat, sebaliknya, di sana terdapat banyak 'racun' seperti halnya pornografi, kekerasan, serta teori-teori liberalisme dan radikalisme yang bisa merusak mental dan jiwa anak-anak. Di situlah seorang ibu dituntut untuk menjalankan perannya, untuk menanamkan ilmu agama sejak dini sebagai benteng dari hal-hal yang dapat merusak mental anak tersebut.
Menjadi seorang ibu dan istri pertanggungjawabannya tidak hanya di dunia saja, akantetapi sampai ke akhirat juga. Oleh karena itu dibutuhkan keilmuan khusus bagi seorang perempuan untuk menjalani peran tersebut. Keilmuan itulah yang ingin saya pelajari lebih dalam lagi dan saya tekuni, ilmu untuk menjadi seorang istri dan ibu yang bisa mendampingi pasangan dan anak-anaknya setiap hari dengan penuh cinta, kasih sayang, dan kesabaran, melakukan peran saya dengan lebih baik lagi dan sesuai fitrah, serta menebarkan kebaikan terhadap sesama tanpa meninggalkan kodrat saya sebagai seorang istri dan ibu.
Bukan tanpa alasan saya ingin menekuni keilmuan yang berkaitan dengan dunia ibu dan istri. Bukan pula hanya sekedar untuk pamer, eksis, dan gaya-gayaan semata. Karena saya adalah seorang ibu, seorang pendidik utama bagi anak-anak saya, maka saya harus mempunyai ilmu yang mumpuni agar bisa mendidik anak-anak saya menjadi orang yang bermental sehat, visioner, mampu mengenali bakatnya serta tangguh menghadapi segala macam tantangan di masa depannya. Karena saya adalah seorang istri, yang mempunyai kewajiban untuk selalu taat kepada suami, mengabdi dan melayani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Itulah alasan terkuat yang membuat saya ingin terus mempelajari dan menekuni keilmuan di bidang per'istri'an dan ke'ibu'an.
Meskipun menjadi seorang istri dan ibu sangat menguras tenaga dan mengurangi waktu buat diri sendiri atau 'me time', namun jika kita ikhlas dan punya kemauan untuk menuntut ilmu, insya Allah banyak jalan yang bisa ditempuh. Harus ada strategi-strategi khusus dan cara unik agar ketika kita menuntut ilmu, kewajiban utama sebagai istri dan ibu tidak terabaikan. Seperti saya misalnya. Dengan kondisi saat ini yang mempunyai anak usia 19 bulan dan sedang aktif-aktifnya, tentu tidak memungkinkan bagi saya untuk menuntut ilmu di luar rumah, apalagi dalam jangka waktu yang lama. Saya menyiasatinya dengan cara banyak mengikuti kegiatan-kegiatan parenting secara online, seperti saat ini, mengikuti kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional. Selain itu saya aktif mencari bahan bacaan seputar dunia ibu dan anak serta pernikahan untuk saya pelajari. Mengikuti berbagai kuliah online dengan narasumber pakar parenting juga saya lakukan guna meningkatkan pengetahuan saya. Aktif berteman dan berjejaring dengan keluarga yang punya visi dan misi sama serta praktisi parenting di dalam group-group parenting juga mulai saya lakukan, karena seperti prinsip yang saya sampaikan di depan tadi, bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan bersama siapa saja. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia anak saya nantinya, saya berencana untuk mengikuti berbagai macam kegiatan offline dari komunitas parenting, termasuk mengikuti seminar-seminar di bidang tersebut. Selain itu saya juga mulai belajar menulis kembali dan akan menerbitkannya menjadi sebuah buku, karena dengan menulis saya belajar untuk berbagi dengan sesama, dan dari situ pula saya bisa berjejaring dengan banyak orang yang tentunya bisa menjadi guru bagi saya saat kami saling berbagi pengalaman masing-masing, karena setiap orang bisa menjadi guru bagi kita.
Dibandingkan sebelum menikah, saat ini ketika status saya sudah menjadi seorang istri dan ibu, banyak perbaikan yang berusaha saya lakukan, terlebih terkait mempelajari ilmu seputar pernikahan dan parenting. Dulu ketika saya merasa sudah tahu, saya berhenti mencari tahu dan merasa cukup sampai di situ saja, di batas pengetahuan saya. Lain halnya dengan sekarang, saya selalu antusias untuk mencari tahu, lagi dan lagi, bahkan terkadang untuk hal-hal yang sudah saya ketahui sekalipun. Contohnya tentang kelas matrikulasi IIP ini. Mungkin ada beberapa peserta yang mendapatkan informasi dari teman-teman mereka terkait kelas ini. Namun saya tidak. Saya menemukan informasi tentang kelas matrikulasi IIP ini ketika saya sedang mencari bahan bacaan seputar homeschooling di internet,dan saya menemukan profil ibu Septi Peni Wulandani yang berhasil mendidik ketiga anaknya dengan metode homeschooling. Dari situlah saya menemukan informasi tentang Institut Ibu Profesional, kemudian saya mencari tahu lagi seluk-beluknya, dan saat saya membaca-baca artikel tulisan pak Dodik dan bu Septi, saya merasa bahwa visi di keluarga saya hampir mirip dengan beliau berdua. Hingga akhirnya saya bergegas mencari informasi untuk mengikuti kelas matrikulasi, namun ternyata masih berjalan yang batch 3, saat itu awal bulan Maret. Akhirnya saya memutuskan untuk bergabung di group WA IIP Pekanbaru sambil menunggu kelas matrikulasi batch 4 ini. Tidak ada rasa terpaksa sama sekali, karena saya ikhlas melakukannya, dengan niat mencari ilmu dan alhamdulillah selama bergabung di group WA IIP Pekanbaru saya beberapa kali mengikuti kulwap yang berisi banyak sekali ilmu seputar parenting dan rumah tangga yang sangat bermanfaat.
Hingga akhirnya saya mengikuti kelas matrikulasi saat ini, banyak sekali ilmu yang sudah saya dapatkan, banyak sekali teman-teman satu visi yang bisa menjadi guru bagi saya. Selain ikhlas, bergegas, dan tidak merasa paling tahu, ke depannya saya masih harus memperbaiki sikap yang lainnya saat saya menuntut ilmu di bidang parenting dan pernikahan seperti yang sudah saya pelajari dalam materi pertama kelas matrikulasi IIP Batch 4 hari Senin, tanggal 15 Mei 2017, yaitu Adab Menuntut Ilmu. Berikut materinya, semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
PROLOG 1
KELAS MATRIKULASI BATCH #4
INSTITUT IBU PROFESIONAL
ADAB MENUNTUT ILMU
Senin, 15 Mei 2017
Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU
ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.
Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?
Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan
Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya
ADAB PADA DIRI SENDIRI
a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.
b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.
c.Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
d.Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.
ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.
b. Hendaknya penuntut ilmu mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.
c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.
ADAB TERHADAP SUMBER ILMU
a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.
b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.
c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat
Referensi :
Turnomo Raharjo,
Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah,
2014, hlm. 5
Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015
No comments:
Post a Comment